Konbanwa minna >_<
Natal dan Tahun Baru di Jepang
Yosh! Kali ini saya akan membahas mengenai cara/kebiasaan orang-orang
Jepang dalam meramaikan/merayakan Hari Natal dan Tahun Baru.
Natal
Penganut agama Katolik atau Kristen di Jepang sangat minoritas. Karena
kebanyakan orang Jepang ialah atheis (ini yang saya gak suka sebenarnya,
tapi tetep LOVE JAPAN! XD), mereka merayakan Natal tanpa bernuansa
agama. Mereka merayakan Natal dengan cara mereka sendiri. Secara umum,
hari raya Natal di Jepang kalah pamornya dibandingkan dengan hari raya
Tahun Baru. Di sana, Tahun Baru dianggap lebih penting daripada hari
Natal. Tetapi meskipun hari Natal juga diperingati dengan cukup meriah
di Jepang, baik dengan tukar-menukar kado, makan malam bersama, maupun
memasang pohon Natal, semua itu hanya didasari pada rasa ketertarikan
pada tradisi negara-negara Barat dalam merayakan Natal; bisa dikatakan
mereka hanya ikut-ikutan. Selain itu, toko-toko yang ikut memeriahkan
Natal di Jepang hanya menggembar-gemborkan Natal dan menjual
ornamen-ornamen Natal. Natal dirayakan, tidak lain hanya untuk alasan
komersial saja. Di Jepang, tradisi tukar menukar kado memang sudah biasa
dilakukan, sehingga pada momen ini hampir semua orang ikut serta dalam
tukar menukar kado. Hampir seperti di negara barat, di Jepang umat
Kristiani akan menghias rumah dengan mistletoe dan pohon Natal.
Uniknya, pada malam tahun baru, seluruh anggota keluarga diwajibkan
memakai pakaian terbaik mereka dan berdandan rapi. Kemudian mereka akan
berbaris dipimpin oleh sang ayah mengelilingi rumah. Ritual ini
dipercaya sebagai ritual untuk mengusir setan. Kemudian sang ayah akan
melempar setiap sudut ruangan dengan kacang kering agar tidak ada roh
jahat yang mau tinggal. Di Jepang juga saat musim Natal berarti satu
hal, yaitu ayam goreng KFC. Unggas termasuk binatang langka di Jepang.
Oleh karena itu di tahun 1970-an KFC mulai melihat kesempatan untuk
memulai tradisi Natal dengan mengiklankan ayam KFC menjadi bagian
penting dalam musim liburan di Jepang. Sekarang orang Jepang rela
mengantri hingga sebulan sebelum perayaan Natal untuk menikmati lezatnya
KFC. Makan kue natal bersama.
Pada malam natal, tanggal 24
Desember, untuk keluarga yang punya anak mereka biasa membeli kue natal
dan makan bersama. Jadi tanggal 24 Desember hampir semua toko menjual
kue natal dengan berbagai ragam. Penjual roti atau kue natalpun tak
kalah menarik, mereka memakain baju santa klaus. Anak-anakpun jadi
senang melihatnya. Mereka ikut menikmati hari Natal dengan suasana
gembira. Pergi bersama sang kekasih. Malam Natal adalah sangat istimewa
bagi pria atau wanita bujang di Jepang. Hampir semua anak remaja di
Jepang mereka sangat ingin dan sedapat mungkin melewatkan malam Natal
dengan pacar mereka. Malam Natal menjadi malam yang romantis, suasana
ini ditambah dengan indahnya lampu-lampu yang menghias hampir di semua
sudut kota.
Bagi pasangan anak muda, malam natal adalah malam yang sedapat mungkin bisa dilewatkan bersama dalam suasana gembira.
Hadiah Natal. Bagi anak-anak, Natal selalu dikaitkan dengan hadiah. Ini
memang sangat berkaitan dengan cerita Santa Klaus yang membagi-bagikan
hadiah. Berbagi hadiah merupakan suatu hal yang membuat anak-anak
gembira. Ada juga perusahaan yang membagikan hadiah untuk pegawainya di
saat Natal, jadi tidak hanya anak-anak saja. Bagi mereka yang tidak
menganut agama katolik/kristen mereka menyambut dan merayakan sebagai
sesuatu hari yang menggembirakan.
Banyak tradisi Barat dalam
merayakan Natal yang diadopsi oleh orang Jepang. Memang sudah merupakan
kebiasaan orang Jepang untuk mencari sesuatu yang menarik dari
negara-negara Barat dan kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang kental
dengan khas Jepang. Selain tukar-menukar kado, keluarga-keluarga Jepang
juga makan kalkun pada hari Natal, dan bahkan ada pohon Natal di
beberapa tempat umum. Mereka menghias rumah mereka dengan pohon cemara,
dan puji-pujian Natal dikumandangkan dengan sukacita di beberapa rumah.
Sering kali, sebuah ranting juga digantung di langit-langit rumah. Krans
Natal digantung di depan pintu sebagai simbol keberuntungan.
Di Jepang, ada pendeta yang disebut "Hoteiosho" versi lain Sinterklas.
Ia digambarkan sebagai pria tua baik hati yang memanggul tas besar.
Beberapa rumor mengatakan bahwa ia memunyai mata di bagian belakang
kepalanya. Penting bagi anak-anak untuk bersikap baik saat tersiar
kehadiran Hoteiosho Tahun Baru.
Tahun Baru merupakan hari raya
terpenting dalam kalender Jepang. Pada malam Tahun Baru, seluruh rumah
dibersihkan dari atap sampai lantai bawah. Seluruh rumah dihiasi untuk
menyambut hari itu. Saat segala sesuatu telah bersih dan rapi, seisi
rumah memakai pakaian yang paling bagus, sering kali mereka memakai baju
nasional Jepang-kimono. Kemudian, kepala keluarga berjalan mengelilingi
rumah sambil diikuti seisi rumah untuk mengusir roh-roh jahat. Ia
melempar buncis kering ke setiap sudut rumah agar roh-roh jahat keluar
dari rumah dan keberuntungan masuk ke rumah. Seluruh keluarga pergi ke
kuil Shinto, menepukkan kedua tangan mereka untuk menarik perhatian
tuhan mereka dan memohon peruntungan. Sering kali, kesialan-kesialannya
dibakar, namun variasi kebiasaan itu tergantung pada kuil dan tuhannya.
Sepanjang hari terakhir dalam setahun, orang Jepang disibukkan dengan
berbagai tradisi "toshi koshi" (melewatkan tahun). Malam pergantian
tahun (31 Desember hingga 1 Januari pagi hari) disebut "joya" (malam
tahun baru), dan merupakan kesempatan berkumpul bagi anggota keluarga.
Pada malam pergantian tahun tahun baru, di Jepang terdapat tradisi
memakan soba yang disebut toshikoshi soba dan ikan sarden (toshikoshi
iwashi ). Selain itu, orang Jepang memiliki tradisi menyambut toshigami
(dewa tahun baru) dengan cara tidak tidur hingga di pagi hari. Orang
yang lekas tertidur dipercaya rambutnya menjadi beruban. Di malam
pergantian tahun, kuil-kuil Buddha melakukan tradisi membunyikan genta
malam tahun baru sebanyak 108 kali yang melambangkan jumlah nafsu
manusia. Salah satu acara televisi untuk menyambut pergantian tahun
adalah NHK Kōhaku Uta Gassen.